Masih ingat dengan game harvest moon ? sekarang anda gak bakal menunggu lama lagi untuk memainkan game sejuta umat ini karena hari ini anda dapat mendownload harvest moon ini dengan gratis.
Masih ingat dengan sayuran turnip, cucumber, potato atau pada senin malam pergi ke pantai untuk meminta pancingan kepada si penjaga pantai disana, mandi di hot spring, pergi ke gua mineral town tempat penambangan barang berharga untuk mengupgrade tools anda.
Paling menyenangkan adalah pada saat masa-masa panen, anda bisa langsung kaya raya kalau qualitas tata kebun anda baik dan quantitas bibit kebun anda banyak, jangan khawatir karena untuk panen bisa di delegasikan pada kurcaci-kurcaci.
sudah tidak sabar lagi untuk download game harvest moon ? silahkan copy paste url dibawah ini,
* http://www.ziddu.com/download/7661753/Harvest_Moon.zip.html
Selamat bermain, semoga game ini bisa mengobati capek anda karena bekerja seharian di kantor, atau belajar seharian di sekolah/kampus.
Cara Memainkannya :
pertama, download terlebih dahulu filenya. Setelah itu UNZIP file tersebut sehingga menjadi satu folder. Klik dua kali VisualBoyAdvance.exe – selanjutnya klik File – Open – Lalu pilih game harvest moon yang ber-ekstensi .gba (2066 – Harvest Moon – More Friends of Mineral Town (U).gba)
o iya tapi jangan sampai lupa waktu ya!!
Selasa, 31 Agustus 2010
Jangan menukar kebahagian dengan kemewahan
Jangan menukar kebahagian dengan kemewahan
Written by Isak Rickyanto
Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja. Raja ini seharusnya puas dengan kehidupannya, dengan segala harta benda dan kemewahan yang ia miliki. Tapi Raja ini tidak seperti itu. Sang Raja selalu bertanya-tanya mengapa ia tidak pernah puas dengan kehidupannya. Tentu saja, ia memiliki perhatian semua orang kemana pun ia pergi, menghadiri jamuan makan malam dan pesta yang mewah, tetapi, ia tetapi merasa ada sesuatu yang ku rang dan ia tidak tahu apa sebabnya.
Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar istananya. Sang Raja masuk ke dalam ruang tamunya yang luas dan berhenti ketika ia mendengarkan seseorang bernyanyi dengan riang... dan perhatiannya tertuju kepada salah satu pembantunya. .. yang bersenandung gembira dan wajahnya memancarkan sukacita serta kepuasan. Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun memanggil si hamba masuk ke dalam ruangannya.
Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang gembira. Kemudian, si hamba menjawab, "Yang Mulia, diri saya tidaklah lebih dari seorang hamba, namun apa yang saya peroleh cukup untuk menyenangkan istri dan anak-anak saya. Kami tidak memerlukan banyak, sebuah atap di atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi perut kami. Istri dan anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya, mereka puas dengan apa yang bisa saya sediakan walaupun sedikit. Saya bersukacita karena mereka bersukacita. "
Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.Sang Raja berusaha mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan kisah yang baru saja didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu alasan mengapa ia seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya memperoleh sedikit harta tetapi memiliki rasa kepuasan yang besar. Dengan penuh perhatian, sang asisten pribadi mendengarkan ucapan sang Raja dan kemudian menarik kesimpulan. Ujarny a, "Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum menjadi bagian dari kelompok 99." "Kelompok 99? Apakah itu?" tanya sang Raja. Kemudian, sang asisten pribadi menjawab, "Yang Mulia, untuk mengetahui apa itu Kelompok 99, Yang Mulia harus melakukan hal ini... letakkan 99 koin emas dalam sebuah kantung dan tinggalkan kantung tersebut di depan rumah si hamba, setelah itu Yang Mulia akan mengerti apa itu Kelompok 99."
Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang berisi 99 koin emas di depan rumahnya. Walaupun ada sedikit keraguan mucul, dan sang Raja ingin memberikan 100 koin emas, namun ia menuruti nasihat si asisten pribadi dan tetapi meletakkan 99 koin emas.
Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya keluar rumah, mat anya melihat sebuah kantung. Bertanya-tanya dalam hatinya, ia membawa kantung itu masuk ke dalam dan membukanya. Ketika melihat begitu banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak girang. Koin emas... begitu banyak! Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia memanggil istri dan anak-anaknya keluar memperlihatkan temuannya. Si hamba meletakkan kantung tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh isinya dan mulai menghitung. Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh. Dihitungnya kembali, terus menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas. Si hamba mulai bertanya-tanya, kemanakah koin yang satu lagi? Tidak mungkin seseorang hanya meninggalkan 99 koin emas. Ia pun mulai menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang terakhir. Setelah ia merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk bekerja lebih keras lagi untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya genap 100 koin emas.
Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak enak, berteriak-teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari bahwa ia telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar ia mampu membeli 1 koin emas. Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi tidak dengan suasana hati yang riang, bersiul-siul seperti biasanya. Dan si hamba pun tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya ketika ia melakukan pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.
Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis, lalu memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan. Diceritakan apa yang telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap mendengarkan dengan penuh perhatian. Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba itu lebih riang karena ia telah memiliki koin emas.
Jawab si asisten,"Ah. . tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99." Lanjutnya, "Kelompok 99 itu hanyalah sebuah nama yang diberikan kepada orang-orang yang telah memiliki semuanya tetapi tidak pernah merasa puas, dan mereka terus bekerja keras mencoba mencari 1 koin emas yang terakhir agar genap 100 koin emas. Kita harusnya merasa bersyukur dengan apa yang ada, dan kita bisa hidup dengan sedikit yang kita miliki. Tetapi ketika kita diberikan yang lebih baik dan lebih banyak, kita menghendaki lebih! Tidak menjadi orang yang sama lagi, yang puas dengan apa yang ada, tetapi kita terus menghendaki lebih dan lebih dan memiliki keinginan seperti itu kita membayar harga yang tidak kita pun sadari. Kehilangan waktu tidur, kebahagiaan, dan menyakiti orang-orang yang berada di sekitar kita hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Orang-orang seperti itulah yang tergabung dalam Kelompok 99!"
Written by Isak Rickyanto
Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja. Raja ini seharusnya puas dengan kehidupannya, dengan segala harta benda dan kemewahan yang ia miliki. Tapi Raja ini tidak seperti itu. Sang Raja selalu bertanya-tanya mengapa ia tidak pernah puas dengan kehidupannya. Tentu saja, ia memiliki perhatian semua orang kemana pun ia pergi, menghadiri jamuan makan malam dan pesta yang mewah, tetapi, ia tetapi merasa ada sesuatu yang ku rang dan ia tidak tahu apa sebabnya.
Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar istananya. Sang Raja masuk ke dalam ruang tamunya yang luas dan berhenti ketika ia mendengarkan seseorang bernyanyi dengan riang... dan perhatiannya tertuju kepada salah satu pembantunya. .. yang bersenandung gembira dan wajahnya memancarkan sukacita serta kepuasan. Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun memanggil si hamba masuk ke dalam ruangannya.
Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang gembira. Kemudian, si hamba menjawab, "Yang Mulia, diri saya tidaklah lebih dari seorang hamba, namun apa yang saya peroleh cukup untuk menyenangkan istri dan anak-anak saya. Kami tidak memerlukan banyak, sebuah atap di atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi perut kami. Istri dan anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya, mereka puas dengan apa yang bisa saya sediakan walaupun sedikit. Saya bersukacita karena mereka bersukacita. "
Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.Sang Raja berusaha mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan kisah yang baru saja didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu alasan mengapa ia seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya memperoleh sedikit harta tetapi memiliki rasa kepuasan yang besar. Dengan penuh perhatian, sang asisten pribadi mendengarkan ucapan sang Raja dan kemudian menarik kesimpulan. Ujarny a, "Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum menjadi bagian dari kelompok 99." "Kelompok 99? Apakah itu?" tanya sang Raja. Kemudian, sang asisten pribadi menjawab, "Yang Mulia, untuk mengetahui apa itu Kelompok 99, Yang Mulia harus melakukan hal ini... letakkan 99 koin emas dalam sebuah kantung dan tinggalkan kantung tersebut di depan rumah si hamba, setelah itu Yang Mulia akan mengerti apa itu Kelompok 99."
Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang berisi 99 koin emas di depan rumahnya. Walaupun ada sedikit keraguan mucul, dan sang Raja ingin memberikan 100 koin emas, namun ia menuruti nasihat si asisten pribadi dan tetapi meletakkan 99 koin emas.
Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya keluar rumah, mat anya melihat sebuah kantung. Bertanya-tanya dalam hatinya, ia membawa kantung itu masuk ke dalam dan membukanya. Ketika melihat begitu banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak girang. Koin emas... begitu banyak! Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia memanggil istri dan anak-anaknya keluar memperlihatkan temuannya. Si hamba meletakkan kantung tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh isinya dan mulai menghitung. Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh. Dihitungnya kembali, terus menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas. Si hamba mulai bertanya-tanya, kemanakah koin yang satu lagi? Tidak mungkin seseorang hanya meninggalkan 99 koin emas. Ia pun mulai menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang terakhir. Setelah ia merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk bekerja lebih keras lagi untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya genap 100 koin emas.
Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak enak, berteriak-teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari bahwa ia telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar ia mampu membeli 1 koin emas. Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi tidak dengan suasana hati yang riang, bersiul-siul seperti biasanya. Dan si hamba pun tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya ketika ia melakukan pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.
Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis, lalu memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan. Diceritakan apa yang telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap mendengarkan dengan penuh perhatian. Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba itu lebih riang karena ia telah memiliki koin emas.
Jawab si asisten,"Ah. . tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99." Lanjutnya, "Kelompok 99 itu hanyalah sebuah nama yang diberikan kepada orang-orang yang telah memiliki semuanya tetapi tidak pernah merasa puas, dan mereka terus bekerja keras mencoba mencari 1 koin emas yang terakhir agar genap 100 koin emas. Kita harusnya merasa bersyukur dengan apa yang ada, dan kita bisa hidup dengan sedikit yang kita miliki. Tetapi ketika kita diberikan yang lebih baik dan lebih banyak, kita menghendaki lebih! Tidak menjadi orang yang sama lagi, yang puas dengan apa yang ada, tetapi kita terus menghendaki lebih dan lebih dan memiliki keinginan seperti itu kita membayar harga yang tidak kita pun sadari. Kehilangan waktu tidur, kebahagiaan, dan menyakiti orang-orang yang berada di sekitar kita hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita sendiri. Orang-orang seperti itulah yang tergabung dalam Kelompok 99!"
Permainan Layang-Layang
Main layang-layang
cara membuatnya:
Persiapkan bahan-bahan berikut:
1 potong bambu tipis dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 80 cm, 1 potong bambu tipis dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 40 cm, Kertas tissue atau kertas minyak dengan ukuran sesuai dengan ukuran bambu, Spidol, Pita gulungan agak tebal, Tali atau benang, Gunting, Isolasi, Meteran
Cara Membuat:
Letakkan kedua bambu secara menyilang dengan titik pertemuan pada 1/3 dari bambu yang paling panjang Rekatkan kedua bambu tersebut dengan menggunakan tali atau benang.
Ikat dan hubungkan ke empat ujung bambu dengan tali atau benang hingga membentuk
wajik.Sekarang rangka layang-layang selesai, lalu letakkan rangka layang-layang tersebut diatas kertas.
Tandai kertas tersebut dengan spidol sehingga mengikuti bentuk rangka layangan.
Tambahkan ekstra 2.5 cm untuk garis potongan.
Gunting kertas tersebut mengikuti garis potongan.
Lipat bagian kertas kearah belakang, lalu rekatkan pada rangka dengan menggunakan isolasi.
Untuk keseimbangan, tambahkan ekor dari tali atau benang sepanjang sekitar 1 meter, ikatkan pada bagian bawah layang-layangLangkah, tambahkan guntingan kertas untuk memperindah.
Buatlah lubang di tengah-tengah layangan (dekat dengan tempat penyilangan bambu rangka) masukkan tali atau benang layangan ke lubang dan ikatkan ke titik persilangan, lalu ikatkan ujung yang lain ke ujung bawah rangka layangan ( panjang tali sekitar 90cm)..
(dikutip dari berbagai sumber)
cara membuatnya:
Persiapkan bahan-bahan berikut:
1 potong bambu tipis dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 80 cm, 1 potong bambu tipis dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 40 cm, Kertas tissue atau kertas minyak dengan ukuran sesuai dengan ukuran bambu, Spidol, Pita gulungan agak tebal, Tali atau benang, Gunting, Isolasi, Meteran
Cara Membuat:
Letakkan kedua bambu secara menyilang dengan titik pertemuan pada 1/3 dari bambu yang paling panjang Rekatkan kedua bambu tersebut dengan menggunakan tali atau benang.
Ikat dan hubungkan ke empat ujung bambu dengan tali atau benang hingga membentuk
wajik.Sekarang rangka layang-layang selesai, lalu letakkan rangka layang-layang tersebut diatas kertas.
Tandai kertas tersebut dengan spidol sehingga mengikuti bentuk rangka layangan.
Tambahkan ekstra 2.5 cm untuk garis potongan.
Gunting kertas tersebut mengikuti garis potongan.
Lipat bagian kertas kearah belakang, lalu rekatkan pada rangka dengan menggunakan isolasi.
Untuk keseimbangan, tambahkan ekor dari tali atau benang sepanjang sekitar 1 meter, ikatkan pada bagian bawah layang-layangLangkah, tambahkan guntingan kertas untuk memperindah.
Buatlah lubang di tengah-tengah layangan (dekat dengan tempat penyilangan bambu rangka) masukkan tali atau benang layangan ke lubang dan ikatkan ke titik persilangan, lalu ikatkan ujung yang lain ke ujung bawah rangka layangan ( panjang tali sekitar 90cm)..
(dikutip dari berbagai sumber)
Kedisiplinan
… Kedisiplinan akan membuahkan hasil yang memuaskan dalam proses pembelajarannya.
Disiplin sebenarnya harus di imbangi juga dengan pujian atau apresiasi. Jangan pernah hanya melakukan disiplin tetapi tidak pernah melakukan apresiasi kepada anak-anak kita. Apalagi disiplin yang tidak didasari kasih atau cinta maka disiplin akan menjadi tindakan yg semena-mena. Smart reader... Alasan orang tua melakukan disiplin kepada anak-anaknya biasanya karna anak itu ingkar janji atau berbohong, anak itu melakukan kesalahan, malas belajar, tidak naik kelas atau melakukan hal-hal yang berbahaya. Dan biasanya bagaimanakah kondisi kita pada waktu mendisiplin anak? Mari kita renungkan!! Biasanya pada saat itu kita sebagai orang tua sedang emosi, sedang marah, kesal, kecewa, frustasi, dan kita ketahui kesemua alasan diatas merupakan emosi negative… Sedangkan semua emosi negative pasti akan mengakibatkan perasaan negative seperti terluka, kecewa, atau dengan kata lainnya perasaan negative yang diimpartasikan oleh si pemberi disiplin akan tertular dengan cepat kepada anak yang didisiplin. Bahkan dapat mungkin terjadi multiplikasi kemarahannya lebih besar dari yang mendisiplin… sedangkan kita ingin belajar smart listener pada saat ini apa sih sebenarnya tujuan disiplin!! Apakah tujuan disiplin hanya untuk mengajar dengan kekerasan bagi anak-anak kita!! Tentunya kita mau anak-anak kita belajar sesuatu tentang tanggung jawab lewat disiplin. Bahwa setiap kesalahan pasti ada sangsinya. Atau ada akibatnya dari sebuah tindakan yang salah. Disiplin bukan untuk mentransfer emosi negative. Kita mendisiplin anak sebenarnya sedang memperbaiki perbuatannya bukan!! Bukan sedang membenci pribadinya. Tetapi ketika melakukan transfer emosi negative sebenarnya kita sedang melukai pribadinya. Kita harus catat bahwa disiplin bukanlah sebuah reaksi kemarahan orang tua. Displin tidak harus dengan cara militer! Disiplin tidak dapat diekspresikan dengan tindakan tanpa kasih. Smart reader… jadi bagaimana mendidik anak dengan dasar cinta atau kasih?! Bagaimana langkah praktis dalam menerapkan disiplin dengan benar?! Ikuti solusion tips sebagai berikut :
Pertama, kita harus mengerti. Kita harus mengerti bahwa anak-anak kita unik dan berbeda. Jadi kita harus memperlakukannya secara berbeda. Termasuk dalam mendisiplinkannya. Kedua, disiplin itu sedang mengajar., jadi kita harus sadar ketika mendisiplin, sebenarnya kita sedang mengajar anak kita bukan sedang melampiaskan emosi kemarahan kita. Yang ketiga, lakukanlah disiplin karena kita mengasihi mereka bukan membenci. Tundalah melakukan disiplin ketika kita sedang marah sehingga ketika kita sedang melakukan disiplin kita lakukan berlandaskan kasih atau cinta. Dan yang terakhir smart reader, ke-te-la-da-nan.. Seimbangkan disiplin dengan tindakan keteladanan dari orang tuanya, karena action speaks louder than worlds…. So be carefull..
(Bambang Syumanjaya)
Disiplin sebenarnya harus di imbangi juga dengan pujian atau apresiasi. Jangan pernah hanya melakukan disiplin tetapi tidak pernah melakukan apresiasi kepada anak-anak kita. Apalagi disiplin yang tidak didasari kasih atau cinta maka disiplin akan menjadi tindakan yg semena-mena. Smart reader... Alasan orang tua melakukan disiplin kepada anak-anaknya biasanya karna anak itu ingkar janji atau berbohong, anak itu melakukan kesalahan, malas belajar, tidak naik kelas atau melakukan hal-hal yang berbahaya. Dan biasanya bagaimanakah kondisi kita pada waktu mendisiplin anak? Mari kita renungkan!! Biasanya pada saat itu kita sebagai orang tua sedang emosi, sedang marah, kesal, kecewa, frustasi, dan kita ketahui kesemua alasan diatas merupakan emosi negative… Sedangkan semua emosi negative pasti akan mengakibatkan perasaan negative seperti terluka, kecewa, atau dengan kata lainnya perasaan negative yang diimpartasikan oleh si pemberi disiplin akan tertular dengan cepat kepada anak yang didisiplin. Bahkan dapat mungkin terjadi multiplikasi kemarahannya lebih besar dari yang mendisiplin… sedangkan kita ingin belajar smart listener pada saat ini apa sih sebenarnya tujuan disiplin!! Apakah tujuan disiplin hanya untuk mengajar dengan kekerasan bagi anak-anak kita!! Tentunya kita mau anak-anak kita belajar sesuatu tentang tanggung jawab lewat disiplin. Bahwa setiap kesalahan pasti ada sangsinya. Atau ada akibatnya dari sebuah tindakan yang salah. Disiplin bukan untuk mentransfer emosi negative. Kita mendisiplin anak sebenarnya sedang memperbaiki perbuatannya bukan!! Bukan sedang membenci pribadinya. Tetapi ketika melakukan transfer emosi negative sebenarnya kita sedang melukai pribadinya. Kita harus catat bahwa disiplin bukanlah sebuah reaksi kemarahan orang tua. Displin tidak harus dengan cara militer! Disiplin tidak dapat diekspresikan dengan tindakan tanpa kasih. Smart reader… jadi bagaimana mendidik anak dengan dasar cinta atau kasih?! Bagaimana langkah praktis dalam menerapkan disiplin dengan benar?! Ikuti solusion tips sebagai berikut :
Pertama, kita harus mengerti. Kita harus mengerti bahwa anak-anak kita unik dan berbeda. Jadi kita harus memperlakukannya secara berbeda. Termasuk dalam mendisiplinkannya. Kedua, disiplin itu sedang mengajar., jadi kita harus sadar ketika mendisiplin, sebenarnya kita sedang mengajar anak kita bukan sedang melampiaskan emosi kemarahan kita. Yang ketiga, lakukanlah disiplin karena kita mengasihi mereka bukan membenci. Tundalah melakukan disiplin ketika kita sedang marah sehingga ketika kita sedang melakukan disiplin kita lakukan berlandaskan kasih atau cinta. Dan yang terakhir smart reader, ke-te-la-da-nan.. Seimbangkan disiplin dengan tindakan keteladanan dari orang tuanya, karena action speaks louder than worlds…. So be carefull..
(Bambang Syumanjaya)
Jumat, 20 Agustus 2010
Kisah Dua Wartawan Perang
Dua wartawan perang, ditangkap oleh sekelompok gerilyawan. Lantas, mereka dibawa oleh kawanan gerilyawan itu bersembunyi dan masuk ke dalam hutan rimba belantara. Selama ditawan, mereka sebenarnya diperlakukan dengan baik. Para kawanan gerilyawan pun tidak punya niat untuk mencelakakan mereka. Para tawanan ini hanya akan dipakai untuk menekan pihak pemerinta yang tidak mau berunding. Tidak ada niat sedikit pun mencelakakan mereka.
Namun, setelah dikepung berhari-hari oleh tentara pemerintah, akhirnya pihak kawanan gerilyawan pun memutuskan untuk menyerah. Mereka ditangkap, dan begitu pula kedua wartawan inipun diselamatkan oleh tentara pemerintah dan dibawa pulang. Akhirnya, kedua wartawan ini pun kemudian dipulang ke negara mereka masing-masing.
Lalu, di negara asalnya, wartawan yang satu, mengungkapkan kesannya yang penuh dengan celaan serta kejengkelan selama ia ditawan. Menurutnya, “Kami harus masuk ke jalan-jalan di hutan yang buruk! Nyamuknya banyak! Hidup dari buah-buah dan berburu binatang di hutan! Tidur dengan sangat tidak nyenyak.” Pokoknya, isinya hanya penuh keluh kesah.
Sementara itu, wartawan yang lainnya mengungkapkan catatan hariannya yang isinya sama sekali berbeda. Menurutnya catatannya, “Betul-betul perjalanan yang menantang. Hidup terasa lebih hidup. Saya merasa seperti menjalani kehidupan seperti jaman dahulu. Berburu binatang di hutan untuk hidup. Tidur di alam terbuka. Belajar bertahan hidup dengan apa yang tersedia di hutan. Sungguh pengalaman yang mendebarkan!”
Ketika tulisan pengalaman kedua wartawan ini akhirnya dimuat di koran mereka masing-masing, tampaklah betapa berbedanya kedua wartawan ini melihat pengalaman mereka, dengan kaca mata mereka masing-masing. Pertanyaannya, kalau begitu, siapa diantara kedua wartawan ini yang benar?
Pesan Moral:
“Ketika kamu mulai mencela, kamu kehilangan kesempatan untuk melihat sesuatu yang indah ” (Anthony Dio Martin)
Del Piero
Alessandro Del Piero (lahir di Conegliano, Veneto, Italia, 9 November 1974; umur 35 tahun) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia. Memulai karier pada tahun 1991 di Seri B di Padova, sejak tahun 1993 ia telah bermain di Juventus. Posisi yang ia isikan biasanya adalah posisi penyerang atau gelandang serang. Del Piero dikenal mempunyai dribble yang baik, serta ahli dalam bola - bola mati. Meskipun seorang penyerang, ia lebih berperan sebagai pencipta serangan daripada penyelesai serangan.namun demikian bukan berarti dia tidak pernah menjadi pencetak gol terbanyak. Buktinya pada musim 2007-2008, pemain ganteng ini menjadi Top Skor Liga Italia (Capocanonieri / pencetak gol terbanyak). pada 10 Januari 2006 ia menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah bagi Juventus setelah mengoleksi 199 gol dalam 13 tahun sebagai pemain Juventus. Suami dari Sonia Amoruso ini pernah dilirik oleh Arsenal, tetapi ia memilih tetap membela Juventus yang karena skandal suap dihukum terdegradasi ke Serie B. Alessandro Del Piero juga terkenal karena tendangan bebasnya. Dia adalah kapten dan pemain yang paling di favoritkan masyarakat Turin. Walau dia bukan kelahiran Turin tapi dia adalah idola bagi kebanyakan masyarakat Turin. Del Piero juga turut membantu timnas Italia memenangkan Piala Dunia 2006 lalu dengan sebuah golnya ke gawang Jerman yang membuat Italia unggul 2 - 0 atas tim tuan rumah.