Selasa, 16 Juli 2013

Dongeng : Memilih Pengganti Raja Hutan



Di sebuah hutan terjadi keributan besar. Gorila, sang Raja yang sudah sangat tua baru saja meninggal dunia. Seluruh warga hutan sangat sedih. Mereka merasa sangat kehilangan seorang raja yang baik dan bijaksana. Hutan menjadi sunyi, para warga hutan sedang berkabung.

Seminggu setelah kematian sang Raja, burung cendrawasih yang bijaksana meniup terompet kerajaan untuk mengumpulkan seluruh warga hutan. Ya, mereka berkumpul untuk memilih raja yang baru. Seluruh rakyat hutan berkumpul dengan penuh rasa ingin tahu. Siapakah yang akan menjadi pemimpin hutan berikutnya?

Si burung cendrawasih  mengatakan bahwa siapapun boleh mengajukan diri menjadi raja. Singa yang gagah yang pertama maju, namun serigala yang cerdik tidak mau kalah, dengan membusungkan dada dia maju ke depan. Apakah hanya mereka yang mengajukan diri? Wah ternyata tidak, dari atas terdengar kepak sayap sang rajawali, dengan anggun dia hinggap di dalam pohon yang kuat sambil berseru nyaring. Sang rajawali juga ingin menjadi raja.

Si ular besar mendesis keras, dengan perlahan dia maju ke depan. Beberapa hewan kecil ketakutan dan gemetar melihatnya. Seandainya si ular besar yang jahat itu menjadi raja pasti hidup mereka akan menderita, pikir para hewan kecil.

“Baiklah, apakah masih ada yang ingin mengajukan diri?’ Burung cendrawasih bertanya. Seluruh warga hutan terdiam. Tiba-tiba terdengar suara dari barisan paling belakang.

“Aku, aku ingin ikut mengajukan diri menjadi raja tuan burung cendrawasih!”

Semua menoleh ke belakang ternyata itu adalah suara si kura-kura penjaga kolam air. Dengan langkah pelan dan terengah-engah dia maju ke depan.

“Syukurlah aku belum terlambat!” Kata si kura-kura. Seisi hutan tertawa melihat kura-kura yang lamban. “Untuk apa kau ikut-ikutan mencalonkan diri, kau sama sekali tidak pantas untuk menjadi raja!” Ejek serigala. Ular dan rajawalipun ikut menertawakan si kura-kura.

“Benar, kau bukan mahkluk yang kuat dan gagah seperti kami.” Si singa yang gagah memandang si kura-kura dengan kesal.

“Tenang-tenang semuanya. Setiap warga hutan berhak mencalonkan diri menjadi raja, siapapun dia.” Kata si burung cendrawasih yang bijaksana.

Meski di hina tapi si kura-kura tetap tenang dan tidak berkata apa-apa. Kemudian sang burung hantu mengumpulkan hewan-hewan yang mengajukan diri menjadi raja.

“Hanya satu hewan saja yang akan menjadi raja. Oleh sebab itu aku akan menguji kalian. Hanya seorang raja sejati yang dapat melalui ujian ini.”

Seluruh warga hutan berbisik-bisik satu dengan lainnya. Mereka sangat penasaran dengan ujian yang akan diadakan oleh si burung cendrawasih.

“Di atas bukit bunga biru ada seekor banteng raksasa yang sangat kuat dan di atas bukit itu ada setangkai bunga biru abadi yang sangat indah. Banteng itu tidak pernah mengijinkan siapapun mengambil bunga birunya. Barang siapa mampu mengambil bunga biru itu, dia adalah raja hutan yang sebenarnya. kalian boleh memakai cara apapun untuk mendapatkan bunga biru tersebut. Baiklah, ujian ini dimulai dari sekarang!” Seru si burung cendrawasih sambil mengepak-kepakkan sayapnya. Seluruh warga hutan bersorak-sorai .

Singa gagah segera berlari menuju bukit bunga biru. Sementara itu serigala cerdik mengumpukan kelompoknya dan menyusul si singa yang gagah. Si ular besar dan rajawali tampak saling berbisik dan tak lama kemudian si rajawali membawa terbang si ular besar menuju bukit bunga. Rupanya mereka bekerja sama untuk mengambil bunga biru. Nampaknya mereka memiliki perjanjian untuk saling berbagi kekuasaan jika mereka berhasil.

Si kura-kura mulai berjalan dengan langkah pelan. Warga hutan ada yang menertawakan namun banyak juga yang merasa kasihan dengan si kura-kura. Karena lambat, si kura-kura baru bisa sampai bukit bunga biru saat senja tiba. Bukit itu sangat sunyi. Tak terlihat satu hewanpun kecuali sang banteng raksasa yang penuh luka. Rupanya tadi terjadi pertempuran besar namun sang banteng raksasa tak bisa di kalahkan, bunga biru itu masih ada di puncak bukit. Si kura-kura merasa kasihan melihat si banteng raksasa, lalu dia mengumpulkan dedaunan dan mengunyahnya. Daun-daun yang tadi dikunyah oleh si kura-kura diletakkannya di selembar daun yang lebar lalu kura-kura menaruh daun tersebut di dekat si banteng raksasa.

“Tuan banteng, pakailah ini untuk mengobati luka-lukamu.”

Si banteng raksasa merasa heran melihat seekor kura-kura kecil ada di dekatnya.

“Hei kura-kura apa yang kau lakukan di sini?”

“Aku mengikuti ujian untuk menjadi raja tapi nampaknya tugas ini sangat tidak mungkin bagiku.”

“Lalu mengapa kau nekat ikut? Kau ini hanya hewan kecil yang lemah.”

“Kau pasti tahu hewan-hewan yang tadi hendak mengambil bunga birumu. Singa, serigala, rajawali dan ular. Mereka hewan yang kuat. Tetapi jika mereka menjadi raja, maka tidak akan ada keadilan bagi hewan-hewan kecil seperti diriku. Aku hanya ingin mencoba menolong teman-temanku. Tapi aku memang tidak pantas menjadi raja, tidak mungkin aku sanggup mengambil bunga itu darimu, tuan banteng. Aku akan pergi namun sebelumnya mari kubersihkan dan obati luka-lukamu, mungkin para hewan pemangsa itu akan datang lagi.”

“Kau memang kura-kura yang baik.”

Kemudian si kura-kura mengobati luka-luka sang banteng dengan lembut. Setelah selesai dan saat hendak pergi tiba-tiba saja si banteng raksasa mengulurkan sesuatu kepada si kura-kura kecil. Ternyata itu adalah setangkai bunga biru yang sangat cantik. Si kura-kura merasa bingung dan heran.

“Janganlah kau heran, kura-kura kecil, kau telah mengalahkan aku, bukan dengan kekerasan tapi dengan ketulusan dan kebaikan hatimu. Kaulah yang paling berhak menjadi seorang raja.”
 

Sumber :disini