Di sebuah hutan terjadi keributan besar. Gorila, sang Raja
yang sudah sangat tua baru saja meninggal dunia. Seluruh warga hutan sangat
sedih. Mereka merasa sangat kehilangan seorang raja yang baik dan bijaksana.
Hutan menjadi sunyi, para warga hutan sedang berkabung.
Seminggu setelah kematian sang Raja, burung cendrawasih yang
bijaksana meniup terompet kerajaan untuk mengumpulkan seluruh warga hutan. Ya,
mereka berkumpul untuk memilih raja yang baru. Seluruh rakyat hutan berkumpul
dengan penuh rasa ingin tahu. Siapakah yang akan menjadi pemimpin hutan
berikutnya?
Si burung cendrawasih mengatakan bahwa siapapun boleh mengajukan
diri menjadi raja. Singa yang gagah yang pertama maju, namun serigala yang
cerdik tidak mau kalah, dengan membusungkan dada dia maju ke depan. Apakah
hanya mereka yang mengajukan diri? Wah ternyata tidak, dari atas terdengar
kepak sayap sang rajawali, dengan anggun dia hinggap di dalam pohon yang kuat
sambil berseru nyaring. Sang rajawali juga ingin menjadi raja.
Si ular besar mendesis keras, dengan perlahan dia maju ke
depan. Beberapa hewan kecil ketakutan dan gemetar melihatnya. Seandainya si
ular besar yang jahat itu menjadi raja pasti hidup mereka akan menderita, pikir
para hewan kecil.
“Baiklah, apakah masih ada yang ingin mengajukan diri?’
Burung cendrawasih bertanya. Seluruh warga hutan terdiam. Tiba-tiba terdengar
suara dari barisan paling belakang.
“Aku, aku ingin ikut mengajukan diri menjadi raja tuan
burung cendrawasih!”
Semua menoleh ke belakang ternyata itu adalah suara si kura-kura
penjaga kolam air. Dengan langkah pelan dan terengah-engah dia maju ke depan.
“Syukurlah aku belum terlambat!” Kata si kura-kura. Seisi
hutan tertawa melihat kura-kura yang lamban. “Untuk apa kau ikut-ikutan
mencalonkan diri, kau sama sekali tidak pantas untuk menjadi raja!” Ejek
serigala. Ular dan rajawalipun ikut menertawakan si kura-kura.
“Benar, kau bukan mahkluk yang kuat dan gagah seperti kami.”
Si singa yang gagah memandang si kura-kura dengan kesal.
“Tenang-tenang semuanya. Setiap warga hutan berhak
mencalonkan diri menjadi raja, siapapun dia.” Kata si burung cendrawasih yang
bijaksana.
Meski di hina tapi si kura-kura tetap tenang dan tidak
berkata apa-apa. Kemudian sang burung hantu mengumpulkan hewan-hewan yang
mengajukan diri menjadi raja.
“Hanya satu hewan saja yang akan menjadi raja. Oleh sebab
itu aku akan menguji kalian. Hanya seorang raja sejati yang dapat melalui ujian
ini.”
Seluruh warga hutan berbisik-bisik satu dengan lainnya.
Mereka sangat penasaran dengan ujian yang akan diadakan oleh si burung cendrawasih.
“Di atas bukit bunga biru ada seekor banteng raksasa yang
sangat kuat dan di atas bukit itu ada setangkai bunga biru abadi yang sangat
indah. Banteng itu tidak pernah mengijinkan siapapun mengambil bunga birunya.
Barang siapa mampu mengambil bunga biru itu, dia adalah raja hutan yang
sebenarnya. kalian boleh memakai cara apapun untuk mendapatkan bunga biru
tersebut. Baiklah, ujian ini dimulai dari sekarang!” Seru si burung cendrawasih
sambil mengepak-kepakkan sayapnya. Seluruh warga hutan bersorak-sorai .
Singa gagah segera berlari menuju bukit bunga biru.
Sementara itu serigala cerdik mengumpukan kelompoknya dan menyusul si singa
yang gagah. Si ular besar dan rajawali tampak saling berbisik dan tak lama
kemudian si rajawali membawa terbang si ular besar menuju bukit bunga. Rupanya
mereka bekerja sama untuk mengambil bunga biru. Nampaknya mereka memiliki
perjanjian untuk saling berbagi kekuasaan jika mereka berhasil.
Si kura-kura mulai berjalan dengan langkah pelan. Warga
hutan ada yang menertawakan namun banyak juga yang merasa kasihan dengan si
kura-kura. Karena lambat, si kura-kura baru bisa sampai bukit bunga biru saat
senja tiba. Bukit itu sangat sunyi. Tak terlihat satu hewanpun kecuali sang
banteng raksasa yang penuh luka. Rupanya tadi terjadi pertempuran besar namun
sang banteng raksasa tak bisa di kalahkan, bunga biru itu masih ada di puncak
bukit. Si kura-kura merasa kasihan melihat si banteng raksasa, lalu dia
mengumpulkan dedaunan dan mengunyahnya. Daun-daun yang tadi dikunyah oleh si kura-kura
diletakkannya di selembar daun yang lebar lalu kura-kura menaruh daun tersebut
di dekat si banteng raksasa.
“Tuan banteng, pakailah ini untuk mengobati luka-lukamu.”
Si banteng raksasa merasa heran melihat seekor kura-kura
kecil ada di dekatnya.
“Hei kura-kura apa yang kau lakukan di sini?”
“Aku mengikuti ujian untuk menjadi raja tapi nampaknya tugas
ini sangat tidak mungkin bagiku.”
“Lalu mengapa kau nekat ikut? Kau ini hanya hewan kecil yang
lemah.”
“Kau pasti tahu hewan-hewan yang tadi hendak mengambil bunga
birumu. Singa, serigala, rajawali dan ular. Mereka hewan yang kuat. Tetapi jika
mereka menjadi raja, maka tidak akan ada keadilan bagi hewan-hewan kecil
seperti diriku. Aku hanya ingin mencoba menolong teman-temanku. Tapi aku memang
tidak pantas menjadi raja, tidak mungkin aku sanggup mengambil bunga itu
darimu, tuan banteng. Aku akan pergi namun sebelumnya mari kubersihkan dan
obati luka-lukamu, mungkin para hewan pemangsa itu akan datang lagi.”
“Kau memang kura-kura yang baik.”
Kemudian si kura-kura mengobati luka-luka sang banteng
dengan lembut. Setelah selesai dan saat hendak pergi tiba-tiba saja si banteng
raksasa mengulurkan sesuatu kepada si kura-kura kecil. Ternyata itu adalah
setangkai bunga biru yang sangat cantik. Si kura-kura merasa bingung dan heran.
“Janganlah kau heran, kura-kura kecil, kau telah mengalahkan
aku, bukan dengan kekerasan tapi dengan ketulusan dan kebaikan hatimu. Kaulah
yang paling berhak menjadi seorang raja.”
Sumber :disini